Sabtu, 09 September 2017

Suhu penyimpanan bahan pangan



SUHU PENYIMPANAN BAHAN PANGAN.

Hay guys hari ini akan saya bagikan informasi tentang  Suhu Penyimpangan Bahan Pangan .

Proses pada Daging/Karkas.
  




         Daging dikenal sebagai bahan makanan yang mudah rusak (perishable food) dan bahan makanan yang memiliki potensi mengandung bahaya (potentially hazardous foods atau PHF). Bahaya yang mungkin dapat ditemukan dalam daging terdiri dari bahaya biologis (misalnya bakteri, kapang, kamir, virus dan parasit), bahaya kimia (misalnya residu antibiotika, residu hormon, cemaran logam berat), dan bahaya fisik (misalnya serpihan tulang, serpihan pecahan kaca). Oleh sebab itu, penanganan daging harus dilakukan secara higienis. Penanganan daging yang higienis perlu diterapkan saat hewan di RPH, proses pemotongan, penyimpanan, distribusi dan penyajian.
             Penanganan daging yang higienis merupakan penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Hygienic Practices (GHP). GMP/GHP merupakan suatu pedoman atau acuan tentang penanganan atau penyediaan daging dalam rangka menghasilkan daging yang aman (safe) dan layak (suitable). Dalam rangka penerapan sistem jaminan keamanan pangan atau yang dikenal sebagai sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), GMP/GHP merupakan persyaratan dasar (prerequsite) untuk penerapan sistem HACCP di industri pangan.
             Salah satu penerapan GMP/GHP dalam penanganan daging adalah penerapan sistem rantai dingin (cold chain system), artinya daging harus ditangani (disimpan) pada suhu dingin di bawah < +4 oC.
             Pendinginan daging dilakukan untuk menurunkan suhu karkas/daging menjadi di bawah +7 oC dan di atas titik beku daging (-1,5 oC). Tujuan pendinginan daging adalah untuk mempertahankan kesegaran daging, memperpanjang masa simpan daging, memberikan bentuk atau tekstur daging yang lebih baik, dan mengurangi kehilangan bobot daging. Dengan pendinginan, maka pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat pada daging akan dihambat, serta aktivitas enzim-enzim dalam daging dan reaksi-reaksi kimia juga akan dihambat.
            Secara umum, karkas atau daging sebaiknya didinginkan hingga suhu bagian dalam daging (internal temperature) mencapai suhu < +7 oC. Suhu internal karkas/daging sapi sebaiknya dicapai < +7 oC dalam waktu <>< +3 oC secepat mungkin.
            Metode pendinginan karkas/daging sapi yang saat ini umum dilaksanakan adalah pendinginan cepat (quick chilling) yang menggunakan suhu ruang pendingin -1 oC sampai +1 oC, kelembaban 85 - 90%, kecepatan udara 1 - 4 m/detik dan lama pendinginan (untuk mencapai suhu internal daging < +7 oC) 24 - 36 jam.
             Hal yang perlu diperhatikan pada pendinginan karkas/daging sapi secara cepat adalah terjadinya kekakuan otot (rigor mortis) pada saat daging didinginkan, yang dikenal dengan istilah cold shortening.  Cold shortening terjadi akibat daging yang belum mengalami rigor mortis (atau nilai pH daging > 5,9) telah mencapai suhu < +12 oC. Daging yang mengalami  cold shortening memiliki kualitas yang rendah, karena keempukan daging tersebut sangat menurun (liat atau alot).
             Untuk mencegah terjadinya cold shortening pada metode pendinginan cepat tersebut diperlukan perhatian agar rigor mortis (ditandai dengan nilai pH otot sekitar 5,9) terjadi pada suhu internal daging > +15 oC. Suhu internal daging yang optimal untuk rigor mortis agar kualitas daging tetap baik adalah +20 oC sampai +25 oC. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mempercepat terjadinya rigor mortis dengan cara menerapkan stimulasi listrik (electrical stimulation) pada karkas dalam proses pemotongan.
             Stimulasi listrik adalah pemberian aliran listrik pada karkas setelah pengeluaran darah. Tujuan stimulasi listrik ini adalah membantu pengeluaran darah dan mempercepat terjadinya rigor mortis.

Sumber : http://higiene-pangan.blogspot.co.id/2010/02/pendinginan-dan-pembekuan-daging.html

Proses pada Ikan.



     Teknik atau cara pendinginan ikan dengan es dalam suatu wadah yang baik adalah mengusahakan semua permukaan tubuh ikan yang diberi perlakuan dapat mengalami kontak dengan es. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan panas dari tubuh ikan.
      
       Faktor yang paling penting dalam upaya pendinginan ikan dengan es ialah kecepatan. Semua pekerjaan harus dilakukan secara cepat agar suhu ikan cepat turun. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan pada suhu akhir yang dihasilkan ialah jumlah es yang digunakan, teknik pendinginan ikan, ukuran ikan dan kondisi fisik ikan, lama pemberian es, ukuran dan jenis wadah yang digunakan. Selain itu, pendinginan ikan dengan es dipengaruhi juga oleh tempat, jenis ikan dan tujuan pendinginan (Adawyah 2007 dalam Sulastri, 2011).
Es merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan medium pendingin lain.      
    
    Selama proses pendinginan ikan dengan es dalam kotak styrofoam juga terjadi penyerapan panas dari lingkungan namun energi yang diserap tidak begitu besar karena adanya sifat penghambat dari styrofoam dalam menghantarkan panas atau energi.

       Pendinginan ikan harus dilakukan dengan benar, karena apabila terlalu dingin akan mengakibatkan penurunan kualitas ikan. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan menyelubungi seluruh permukaan ikan dengan hancuran es halus. Proses ini mempunyai keuntungan karena memperlambat perkembangan biak bakteri dan perubahan kimiawi, karena ikan seolah-olah dimandikan dengan air es yang menghanyutkan darah, lendir, bakteri dan kotoran lain ke bagian bawah dari tumpukan ikan dan es.

      Kelebihan pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat tergantung pada tingkat kesegaran ikan sebelum didinginkan. Pendinginan ikan hingga 00 C dapat memperpanjang kesegaran ikan antara 12-18 hari sejak saat ikan ditangkap dan tergantung pada jenis ikan, cara penanganan, serta teknik pendinginannya. Proses pendinginan hanya mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat aktifitas mikroorganisme. Aktifitas akan kembali normal jika suhu tubuh ikan kembali naik (Moeljanto, 1992).

Pembekuan

          Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku, jadi bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira –170 C atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara – 120 C sampai – 240 C. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai beberapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun.
      Atau dengan kata lain Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar –180 C, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Bahan pangan seperti daging dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan, ikan dapat disimpan selama 8 sampai 12 bulan ( Munzir, 2009).
     Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah (cold storage). Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh di bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Ikan-ikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak memerlukan terpeliharanya sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ketika dilelehkan tidak dapat dibedakan dari ikan segar.
      Tubuh ikan sebagian besar (60-80%) terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel, jaringan, dan ruangan-ruangan antar sel Sebagian besar dari cairan itu (+67%) berupa free water dan selebihnya (+5%) berupa bound water. Bound water adalah air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi lain dari tubuh ikan.
        Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan tersebut menjadi es. Ikan mulai membeku pada suhu antara -0,60 C sampai -20 C, atau rata-rata pada -10 C. Free water membeku terlebih dahulu kemudian disusul oleh bound water.

Proses tersebut terbagi atas 3 tahapan yaitu:
1. Tahap pertama suhu menurun dengan cepat sampai 00C yaitu titik beku air.
2. Tahap kedua suhu turun perlahan-lahan untuk merubah air menjad kristal-kristal es. Tahap ini sering disebut periode ”thermal arrest”.
3. Tahap ketiga suhu kembali turun dengan cepat ketika kira-kira 55% air telah menjadi es. Pada tahap ini sebagian besar atau hampir seluruh air membeku.
Berdasarkan panjang pendeknya waktu thermal arrest ini pembekuan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pembekuan lambat (slow freezing), yaitu bila thermal arrest time lebih dari 2 jam.
2. Pembekuan cepat (quick freezing), yaitu pembekuan dengan thermal arrest time tidak lebih dari 2 jam.

Sumber : http://laodekhairummastufpik.blogspot.co.id/2011/09/ikan-segar-pendinginan-dan-pembekuan.html


Proses pada Sayur dan Buah.




      Produk hortikultura yang tidak tahan lama, dicirikan oleh tingginya kandungan air, lebih baik disimpan pada temperatur mendekati 0oC.  Setiap kenaikan 10oC dari temperatur optimum akan meningkatkan tingkat kerusakan sebanyak 2 sampai 3 kali lipat.  Bukan hanya itu, ternyata temperatur di bawah nilai optimum tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan, yakni terjadinya pembekuan.  Titik beku yang umum pada produk hortikultura yang tidak tahan lama adalah berkisar antara –3oC sampai –0,5oC.  
      Kebanyakan buah dan sayur lebih baik disimpan pada kondisi temperatur kamar karena temperatur lemari pendingin yang berkisar antara 3,3oC – 5,6oC dapat menyebabkan kerusakan dan mencegah pematangan serta mempengaruhi rasa dan tekstur.  Beberapa komoditas memiliki tingkat temperatur terendah yang aman apabila disimpan pada suhu rendah seperti yang tertera dalam Tabel 1, jauh dibawah nilai itu, akan mengalami kerusakan. Sebagai contoh, apabila pisang kita simpan dilemari pendingin, akan menghitam pada kulitnya dan rasanya pun berubah; semangka akan kehilangan rasa khasnya apabila disimpan dalam lemari pendingin lebih dari 3 hari.

Temperatur simpan terendah yang aman pada beberapa produk hortikultura.
Temperatur aman terendah(oC)              
Jenis Komoditi
3              Asparagus
4              Melon, apel jenis tertentu, kentang
5              Jambu biji, mandarin, jeruk
7              Alpukat, okra, zaitun, merica, delima
10           Mentimun, terung, jeruk besar berkulit lunak, mangga matang, melon, tomat matang, semangka
13           Pisang, jeruk lemon, mangga hijau matang, labu, jeruk besar berkulit keras, ubi jalar, tomat hijau matang.
        Kerusakan lain yang berhubungan dengan temperatur adalah karena panas, untuk hal ini tentunya kita sudah paham, karena itulah kenapa disetiap rumah hampir selalu ada lemari es.  Selain itu, kerusakan akibat peristiwa fisik seperti benturan, dan hama sering terjadi.

 Sumber : https://biezhaoji.wordpress.com/2011/02/16/menyimpan-sayur-dan-buah/

0 komentar:

Posting Komentar

Utensil & Equipment 27

                                                    Utensil  & Equipment Measuring Jug Function : A tool used to measure liquid ...